Kamis, 29 Maret 2018

Revisi Pesan-pesan Bisnis


Tahap revisi diperlukan untuk menjamin bahwa pesan yang direncanakan dan disusun tidak terjadi kesalahan, kekurangan, kelebihan atau ketidaktepatan. Proses revisi membutuhkan stamina tinggi dan disiplin tinggi karena adanya kecenderungan manusia untuk tidak melakukan perubahan terhadap apa yang telah dipikirkan dan dituliskan dengan waktu yang panjang. Untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan mengambil jarak waktu antara perencanaan dan penyusunan dengan waktu perbaikan.
    1.     Keterampilan Merevisi
Menulis pesan-pesan bisnis sangatlah berbeda dan tidak semudah menulis pesan– pesan yang bersifat pribadi (personal), seperti penulisan surat kepada orang tua, saudara, atau teman akrab.
Maka dari itu dalam menulis surat-surat bisnis yang baik diperlukan proses pemikiran dan tenaga dan waktu yang cukup. Akan berbahaya apabila penyampaian pesan – pesan  bisnis cenderung dilakukan secara asal-asalan atau ceroboh, baik dalam sisi substansi isi pesan mupun format penulisan.
Sebagaimana telah disampaikan sebelumnya, pesan-pesan bisnis mencakup pesan-pesan bisnis tertulis dan pesan-pesan bisnis yang disampaikan secara lisan.
    2.     Pemilihan Kata yang Tepat
Pemilihan kata (diksi) yang akan digunakan harus memperhatikan dua aspek yakni:
1)      Ketepatan
Kata yang tepat mempunyai ciri bahwa kata tersebut sudah dikenal oleh audiens, usahakan untuk tidak menggunakan kata-kata dan istilah yang tidak dipahami karena hal ini hanya akan membingungkan audiens.
2)      Efektif
Menunjukkan kata-kata yang dipilih singkat dan tidak bermakna ganda atau yang dapat ditafsirkan lebih dari satu makna. Komunikator sebaiknya memilih kata-kata yang singkat karena kata yang singkat akan menyebabkan pesan efektif dan mudah dipahami.
    3.     Cara Membuat Kalimat Efektif
Dalam menyusun suatu kalimat perlu diperhatikan 3 hal, yaitu kesatuan pikiran, kesatuan susunan, dan kelogisan. Diketahui bahwa dalam setiap kalimat paling tidak terdiri atas subjek dan predikat. Subjek dalam predikat akan menjawab “siapa” atau “apa” yang dilakukan oleh kata kerja dan merupakan topik suatu bahasan atau sesuatu yang sedang dikatakan dan biasanya berupa kata benda.
1.      Tiga jenis kalimat
a.       Kalimat Sederhana
Suatu kalimat sederhana hanya memiliki sebuah subjek dan predikat. Namun tidak menutup kemungkinan suatu kalimat dilengkapi dengan objek baik langsung maupun tidak langsung.
b.      Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk berisi dua atau lebih klausa independen dan tidak mempunyai klausa dependen. Klausa independen merupakan lausa yang dapat berdiri sendiri atau mempunyai pengertian yang utuh, sedangkan klausa dependen adalah klausa yang tidak dapat berdiri sendiri sehingga tidak memiliki klausa yang utuh.
c.       Kalimat kompleks
Kalimat kompleks berisi sebuah klausa independen dan satu atau lebih klausa dependen sebagai anak kalimat.
2.      Cara mengembangkan paragraf
Ada dua pendekatan untuk mengembangkan suatu paragraf, pendekatan induktif dan pendekatan deduktif. Pendekatan induktif dimulai dengan berbagai alasan terlebih dahulu baru dibuat kesimpulan, sedangkan deduktif dimulai dari kesimpulan, baru diikuti dengan alasan-alasannya. Cara-cara mengembangkan paragraf:
a.      Ilustrasi
Untuk mengembangkan suatu paragraf dapat digunakan suatu ilustrasi yang dapat memberikan gambaran terhadap ide atau gagasan umum.
b.      Perbandingan (Persamaan & Perbedaan)
Anda dapat mengembangkan paragraf dengan cara membandingkan persamaan maupun perbedaan terhadap suatu pemikiran dengan pemikiran yang lain.
c.       Pembahasan Sebab-Akibat
Agar dapat memberikan arah yang jelas terhadap suatu pokok bahasan tertentu.
d.      Klasifikasi
Untuk mempermudah pemahaman paragraf bagi pengirim pesan dan penerima pesan. Selain itu agar suatu topik bahasan menjadi lebih terarah atau terfokus.
e.      Pembahasan Pemecahan Masalah
Untuk memberikan latihan analitis yang sangat diperlukan bagi seseorang dalam pengambilan keputusan-keputusan penting bagi suatu organisasi
Paragraf hendaknya jangan terlalu singkat namun juga jangan terlalu panjang. Yang penting, suatu paragraf harus merupakan kesatuan ide atau gagasan yang utuh, menggunakan kata-kata transisi, kata ganti, atau kata kunci sebagai penghubung antara kalimat yang satu dengan yang lainnya, dan jelas.

Sumber
Drs. PC. Bambang Herimanto, MM, Drs. FX. Indrojiono, M.Hum.2005. Komunikasi Bisnis.Yogyakarta: Penerbit Amara Books. Cetakan I.


Pengorganisasian Pesan-pesan Bisnis


Pengorganisasian pesan-pesan bisnis yang baik akan mempermudah pencapain tujuan komunikasi bisnis. Namun dalam kenyataannya terkadang pengorganisasian bisa tidak sesuai dengan yang diharapkan.
1.     Hal-hal yang Menyebabkan Pesan-pesan Tak Terorganisasi
Dari pelaksanaan pengorganisasian pesan bisnis mungkin sudah melalui tahapan-tahapan yang sudah ditentukan namun pada praktiknya bisa terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, untuk itu kita harus memperhatikan kualitas isi pesan bisnis yang kita buat. Dibawah ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan pesan bisnis yang meliputi:
1.      Kalimat Terlalu Bertele-tele
Apabila pesan pembuka awal sebuah surat terlalu panjang hingga mencapai beberapa paragraf, baru kemudian masuk ke topik sehingga pembaca memerlukan waktu yang cukup lama untuk memahami maksud pesan-pesan yang disampaikan. Sebaiknya pesan ditulis dengan kalimat yang sederhana dan bahasa yang lugas, disamping itu pemilihan kata (diksi) perlu dipertimbangkan dengan baik supaya pesan tersebut mudah untuk diterima.
2.      Memasukkan Pesan yang Tidak Relevan
Terdapatnya informasi yang tidak relevan dan tidak penting didalam penulisan pesan tersebut sehingga membuat pesan-pesan yang disampaikan menjadi kabur atau tidak jelas.
3.      Menyajikan Pesan yang Tidak Logis
Adanya informasi yang tidak logis dan tidak terkait dengan topik sehingga audiens sulit memahami hal-hal penting yang disampaikan komunikator.
4.      Informasi Penting Terlupakan
Karena banyaknya pesan-pesan yang tidak relevan yang mana pesan-pesan yang tidak penting itu hanya membahas hal-hal yang bersifat pelengkap saja maka pesan yang justru sangat penting menjadi terlupakan atau terabaikan dar topik.
2.     Pentingnya Pengorganisasian yang Baik
Apabila seseorang akan menyusun pesan bisnis maka perlu diorganisasikan dengan baik. Karena organisasi pesan yang baik memberikan beberapa manfaat, antara lain:
1.      Membantu Audiens Memahami Pesan
Dengan mengemukakan hal-hal yang penting secara jelas dan memasukkan informasi yang relevan dalam pesan maka audiens dengan mudah akan memahami atau menangkap maksud tujuan dari pesan tersebut.
2.      Membantu Audiens Menerima Pesan
Pengorganisasian pesan-pesan yang baik disamping membantu audiens memahami pesan juga membantu audiens untuk menerima isi pesan tersebut.
3.      Menghemat Waktu Audiens
Apabila suatu pesan terorganisasi dengan baik maka penyampaiannya tidak akan menghabiskan banyak waktu, disamping itu audiens dapat dengan mudah mengikuti alur pesan yang disampaikan oleh komunikator.
4.      Menyederhanakan Tugas Komunikasi
Apabila suatu pesan terorganisasi dengan baik maka akan dapat membantu pekerjaan komunikator sehingga pekerjaan itu dapat selesai lebih cepat dan menghemat waktu.
3.     Pengorganisasian Pesan-pesan Melalui Outline
Untuk mencapai pengorganisasian pesan-pesan yang baik maka diperlukan suatu cara agar pesan tersebut dapat berguna dan bermanfaat bagi setiap penggunanya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara :
1.      Mendefinisikan dan Mengelompokkan Ide
Memutuskan apa yang harus dikatakan adalah masalah mendasar bagi setiap komunikator yang harus dicari pemecahannya. Jika materi memang lemah, tidak memiliki suatu muatan yang menarik, maka akan mengaburkan fakta yang ada.
Apabila penyusunan pesan yang panjang dan kompleks, maka outline sangat diperlukan dan menjadi penting artinya. Hal ini karena dengan adanya outline akan sangat membantu memvisualisasikan hubungan antara bagian yang satu dengan bagian yang lain. Selain itu, outline juga membantu untuk mengkomunikasikan ide-ide dengan cara yang lebih sistematik, efisien dan efektif. Melalui perencanaan yang baik outline akan membantu mengekspresikan transisi antara ide-ide sehingga audiens akan memahami pola pikir komunikator.
Susunan suatu outline secra garis besar dapat digolongkan ke dalam tiga golongan, antara lain :
a.      Memulai dengan Ide Pokok, akan sangat membantu dalam menetapkan tujuan dan strategi umum dari suatu pesan. Ide pokok dirangkum ke dalam dua hal yaitu : keinginan terhadap audiens untuk melakukan dan memikirkannya, sebagai alasan yang mendasar bagi audiens mengapa harus melakukan dan memikirkannya.
b.  Menyatakan hal-hal pendukung yang penting, yang akan sangat berguna dalam mendukung ide-ide pokok.
c. Membuat ilustrasi dengan bukti-bukti, semakin banyak bukti-bukti yang dapat disajikan, maka outline yang dibuat akan semakin baik.
2.      Menentukan Urutan dengan Rencana Organisasional
Setelah mengelompokkan ide-ide, langlah selanjutnya adalah menentukan urutan-urutan terhadap ide-ide tersebut aga selaras dengan rencana organisasional, melalui dua pendekatan yaitu :
a.   Pendekatan Langsung (direct approach), sering disebut juga dengan pendekatan deduktif , dimana ide pokok muncul paling awal, kemudian diikuti bukti-bukti pendukungnya. Biasanya reaksi dari audiens akan positif dan menyenangkan jika menggunakan pendekatan ini.
b. Pendekatan Tidak Langsung (indirect approach), atau sering disebut dengan pendekatan induktif, dimana bukti-bukti diletakan paling awal, kemudian baru diikuti dengan ide pokok. Biasanya audiens akan merespon negatif dan tidak menyenangkan.


Sumber
Drs. PC. Bambang Herimanto, MM, Drs. FX. Indrojiono, M.Hum.2005. Komunikasi Bisnis.Yogyakarta: Penerbit Amara Books. Cetakan I.




Perencanaan Pesan-pesan Bisnis


1.     Penentuan Proses Komposisi
Dalam perencanaan pesan Bisnis ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pembuat pesan bisnis yaitu meliputi:
1.       Penetuan Tujuan
2.      Analisis Audiens
3.      Penentuan Ide Pokok
4.      Seleksi Saluran dan Media
     2.     Penentuan Tujuan
Ketika merencanakan suatu pesan bisnis, pertama-tama yang kita pikirkan adalah apa tujuan dari pesan tersebut. Untuk dapat melakukan hal tersebut, pertama kali kita harus menentukan tujuan yang jelas dan dapat diukur sesuai dengan tujuan organisasi.
a.      Tujuan Harus Jelas
Tujuan harus jelas akan membantu komunikator dalam membuat beberapa keputusan penting, seperti berikut:
·         Untuk memutuskan apakah pesan diteruskan atau tidak
·         Untuk menanggapi audiens
·         Keputusan untuk memusatkan isi pesan
·         Keputusan untuk menetapkan saluran dan media yang akan digunakan
b.      Cara Menguji Tujuan
Untuk menguji apakah suatu tujuan yang telah ditetapkan tersebut sudah baik atau belum, perlu dilakukan pengujian dengan bantuan pertanyaan sebagai berikut ini:
·         Apakah tujuan realistis?
·         Apakah waktunya tepat?
·         Apakah orang yang mengirimkan pesan sudah tepat?
·         Apakah tujuannya selaras dengan tujuan organisasi perusahaan?
    3.     Analisis Audiens
Bila suatu komunikasi telah memiliki maksud dan tujuan yang jelas, langkah berikutnya adalah memperhatikan audiens yang akan dihadapi. Audiens bisnis baik pembaca maupun pendengar dari surat, memo, laporan atau presentasi dapat seorang manajer, atasan, rekan kerja, bawahan, nasabah, konsumen, dan masyarakat umum. Orang-orang tersebut mempunyai perbedaan dalam hal pemahaman topik yang diinformasikan untuk itu komunikator perlu memperhatikan faktor audiens. Dalam menganalisis audiens ada dua hal pokok yang harus diperhatikan yaitu:
a.      Menyusun Profil Audiens
Menyusun profil audiens tergantung apakah audiens itu sudah kenal dengan baik atau belum. Apakah lawan berkomunikasi adalah seseorang yang sudah dikenal dengan baik, maka penyusunan profil audiens menjadi mudah, namun sebaliknya kalau belum kenal sama sekali akan sulit menentukan profil audiens. Berikut ini merupakan petunjuk yang dapat digunakan untuk membantu menganalisis audiens:
1.      Siapa Audiensnya
2.      Informasi apa yang telah mereka miliki
3.      Seberapa banyak informasi yang mereka butuhkan
4.      Informasi teknikal apa yang mereka pahami?
5.        Reaksi audiens
6.      Bagaimana hubungan komunikator dengan audiens
b.      Memuaskan Kebutuhan Informasi Audiens
Kunci komunikasi yang efektif adalah mengetahui kebutuhan informasi kebutuhan audiens dan selanjutnya berusaha untuk memenuhi kebutuhan audiens tersebut. Ada lima tahapan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan audiens akan informasi:
1.      Temukan apa yang ingin diketahui oleh audiens
2.      Antisipasi pertanyaan yang tidak diungkapkan
3.      Berikan informasi yang diperlukan
4.      Yakinkan bahwa informasi tersebut akurat
5.      Tekankan ide-ide yang paling menarik audiens
     4.     Penentuan Ide Pokok
Setiap pesan bisnis, apakah itu sederhana ataupun kompleks pasti akan mengacu pada satu ide pokok. Hal lain yang menyertai pesan tersebut hanyalah tambahan atau pelengkap pesan yang dapat membantu memperjelas pesan yang akan disampaikan. Penentuan ide pokok hendaknya ditentukan secara cermat.
Cara Penentuan Ide Pokok
1.      Brainstorming
Suatu cara menentukan ide pokok dengan membiarkan pikiran secara leluasa untuk mencari berbagai kemungkinan ide pokok, menguji berbagai alternatif dengan mempertimbangkan tujuan, audiens, dan fakta yang ada.
2.      Pentunjuk Atasan
Penentuan ide pokok dapat dilakukan dengan meminta petunjuk dari atasan. Bagi pelaksana, cara ini lebih mudah karena tinggal menjalankan apa yang diberikan oleh atasan. Namun menyita waktu pimpinan hanya untuk pekerjaan yang sebenarnya dapat didelegasikan.
3.      Kebiasaan
Cara ini ada keterbatasannya, yaitu hanya untuk situasinya yang sama atau relatif sama.
    5.     Seleksi Saluran dan Media
Secara umum saluran komunikasi dibedakan menjadi dua saluran, yaitu saluran komunikasi lisan dan saluran komunikasi tertulis.
1.      Komunikasi Lisan
Kelebihan komunikasi lisan adalah kemampuannya untuk memberikan umpan balik dengan segera dan saluran ini digunakan untuk penyampaian pesan yang sifatnya sederhana, tidak diperlukan catatan permanen.
Komunikasi lisan mencakup percakapan langsung, pembicaraan melalui telepon, wawancara kerja, diskusi kelompok, seminar, workshops, program pelatihan, pidato, dan presentasi.
2.      Komunikasi Tertulis
Kelebihan komunikasi tertulis adalah komunikator mempunyai kesempatan untuk merencanakan pesan yang akan disampaikan, apabila antara komunikator dan audiens membutuhkan bukti permanen sebagai referensi dimasa yang akan datang maka komunikasi harus ditulis dan apabila jumlah audiens banyak dan menyebar maka yang paling efektif adalah dengan tertulis.
Komunikasi tertulis meliputi surat, memo, proposal, dan laporan.

Sumber
Drs. PC. Bambang Herimanto, MM, Drs. FX. Indrojiono, M.Hum.2005. Komunikasi Bisnis.Yogyakarta: Penerbit Amara Books. Cetakan I.


Landasan Pemikiran Komunikasi Bisnis

1.     Pengertian dan Cakupan
Dalam kerangka historisnya, pendidikan bisnis ( bussiness education) mempunyai pengertian yang beragam. Ada yang mengartikannya hanya berhubungan dengan pekerjaan kantor yang dilakukan oleh para karyawan. Ada juga yang mengatakan bahwa bisnis bukan sekedar pekerjaan yang dilakukan di kantor, melainkan juga pelaksanaan fungsi manajemen dan yang berhubungan dengan kantor.
Oleh karena itu tanpa pengetahuan ekonomi, pendidikan bisnis yang diperoleh kurang lengkap dan kurang sempurna. Pendidikan bisnis, apa pun bentuknya sebenarnya tidak lepas dari tujuan :
1.      memberi pelatihan untuk pekerjaan khusus
2.      mengembangkan keterampilan
Sejumlah ahli mengatakan bahwa bisnis sudah menjadi masalah global karena
1.  Semakin pesatnya kemajuan di bidang saints dan teknologi sehingga merangsang terciptanya sistem dan proses produksi yang efisien. Produksi barang sudah melampaui batas kebutuhan dalam negeri sehingga perlu di ekspor.
2.   Teknologi telah mempercepat pembangunan sarana dan prasarana transportasi sehingga mobilitas sosial menjadi semakin cepat dan tinggi.
3.   Bersamaan dengan itu kemajuan dibidang transformasi informasi (komunikasi) juga berlangsung sangat pesat sehingga informasi tentang keadaan tertentu dapat disampaikan tanpa tergantung pada jarak geografis. Bukan itu saja, kemajuan dibidang komunikasi ( terutama media massa ) telah mempengaruhi pola-pola bisnis antar manusia.
 Bisnis adalah kegiatan sistem ekonomi yang diarahkan pada manajemen dan distribusi hasil industri dan jasa profesional, yang mendatangkan keuntungan. Esensi dari kegiatan bisnis adalah suatu kesibukan, seperti tampak juga dari dasar katanya ( to be busy at ). Tentu saja dengan satu catatan bahwa kesibukan itu dimaksudkan untuk mempunyai tujuan-tujuan yang konstruktif bagi kehidupan manusia.
Dengan cara berfikir ( frame thingking ), kita akan berusaha menjelajahi kajian-kajian yang relevan tentang hubungan bisnis dengan komunikasi, antara lain :
1.  Kajian tentang kegiatas bisnis dari perspektif komunikasi. Bagaimana sudut pandangan komunikasi menerangkan gejala bisnis.
2. Kajian tentang kegiatan komunikasi dari perspektif bisnis. Bagaimana sudut pandang bisnis dalam komunikasi bisnis dalam menerangkan kegiatan komunikasi, atau secara sederhana komunikasi sebagai bisnis. 
3.  Kajian tentang faktor-faktor eksternal dari keduanya yang turut terlibat dalam proses komunikasi maupun bisnis.
2.      Bisnis dalam Pandangan Komunikasi
Memasuki millenium baru, dunia usaha banyak menghadapi masalah kompleks. Bukan saja karena cakupan bisnisnya yang semakin beragam, melainkan juga karena skala bisnis sudah menjadi problem yang sangat luas. Sejumlah ahli mengatakan bisnis sudah menjadi masalah global. Mengapa sampai demikian?
Pertama, karena semakin pesatnya kemajuan di bidang sain dan teknologi, sehingga merangsang terciptanya sistem dan proses produksi yang efisien. Produksi barang dan jasa sudah melampaui batas kebutuhan pasar dalam negeri, sehingga perlu di ekspor. 
Kedua, karena teknologi telah mempercepat pembangunan sarana dan prasarana transportasi, sehingga mobilitas sosial menjadi semakin cepat dan tinggi. 
Ketiga, bersamaan dengan itu, kemajuan di bidang transformasi informasi [komunikasi] juga berlangsung sangat pesat, sehingga informasi tentang keadaan tertentu dapat disampaikan tanpa tergantung pada jarak geografis. Bukan itu saja, kemajuan di bidang komunikasi [media massa] telah mempengaruhi pola-pola bisnis antarmanusia.
Fenomena inilah yang menyadarkan banyak orang betapa pentingnya memahami gejala komunikasi dalam rangka memahami gejala bisnis.
Jika kita melihat bisnis dan komunikasi sebagai sama-sama suatu proses sosial, kita akan sampai pada kesimpulan bahwa komunikasi adalah bisnis dan, sebaliknya, bisnis adalah komunikasi. Artinya, pada tingkatan gejala [fenomena], antara komunikasi dan bisnis merupakan gejala yang terintegrasi. Tidak bisa dipisah-pisahkan. Bisnis dan komunikasi sama-sama memulai kegiatannya dengan melakukan proses produksi. Lebih jelasnya bisa dijelaskan sbb :
·   Dalam komunikasi, yang diproduksi dinamakan informasi; sedangkan dalam bisnis, yang diproduksi adalah barang dan jasa. Dalam konteks tertentu, informasi juga termasuk barang dan jasa. Misalnya : informasi lewat surat kabar, majalah, televisi, dll. 
·       Kemudian, bisnis dan komunikasi menyampaikan produk tsb kepada pihak lain.Dalam komunikasi, pihak lain bisa disebut communicator, audience,destination, dst. Sementara dalam kegiatan bisnis pihak lain sering disebut konsumen, klien, buyer, dst.        
·  Komunikasi dan bisnis sama-sama menimbulkan reaksi tertentu dan mempunyai hambatan-hambatan yang spesifik.
3.     Pemasaran dan Komunikasi
Pemasaran adalah proses sosial dengan mana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan dan mempertukarkan produk dan nilai dengan individu dan kelompok lainnya. 
Definisi pemasaran tersebut bertumpu pada konsep pokok kebutuhan, keinginan, dan permintaan terhadap produk atau nilai yang tergantung pada tingkat kepuasan tertentu kemudian menimbulkan transaksi. Perlembagaan atas transaksi menimbulkan pasar.
4.     Difusi dan Inovasi
Latar belakang munculnya gagasan difusi dan inovasi merupakan bagian dari studi tentang efek komunikasi (massa) terutama yang berkaitan dengan masalah pembangunan. Pada masalah yang akan datang masalah difusi dan inovasi masih akan terus mendesak. Bukan saja masyarakat diharapkan dapat menerima dana menyebarluaskan inovasi pembangunan, melainkan juga mampu berpartisipasi secara aktif dalam proses perubahan sosial yang direncanakan ( development).      
Dengan demikian, masalah komunikasi pembangunan bukan hanya bagaimana melakukan transformasi ide dan pesan melalui penyebarluasan informasi. Difusi dan inovasi merupakan problem struktural, artinya penerimaan dan penyebarluasan ide baru tersebut sangat bergantung pada sifat atau karakteristik lapisan masyarakat.
Inovasi adalah segala sesuatu tentang ide, cara-cara atau pun objek yang di persepsikan oleh seseorang sebagai sesuatu yang baru. Baru bukan semata-mata dalam ukuran waktu sejak ditemukan atau digunakannya inovasi yang dimaksud. Yang terpenting adalah persepsi atau kebaruan yang menentukan reaksinya terhadap hal itu. Inovasi merupakan segala perubahan yang dirasakan sebagai sesuatu yang baru oleh masyarakat yang mengalaminya.
Tahap penerimaan inovasi dapat dikelompokkan kedalan masyarakat penerima inovasi menjadi beberapa tingkatan, antara lain :
1.      Innovator : Memiliki sifat dasar menyukai barang baru.
2.      Early Adopter : Orang-orang yang memiliki otoritas, baik formal/ personal.
3.      Leggards : Lapisan masyarakat yang menerima inovasi paling belakangan.
5.     Umpan Balik dan Bentuk
Umpan balik (feed back) pun dapat terbentuk bermacam-macam seperti (pelaksaan tugas), laporan, sikap yang timbul, pertanyaan, reaksi dan sebagainya. Sebagaimana pesan umpan balik bisa berupa tulisan, lisan, peragaan dsb.
            Bentuk Umpan Balik:
1. External feedback : umpan balik yang diterima langsung oleh komunikator dari komunikan.
2.   Internal feedack : umpan balik yang diterima komunikator bukan dari komunikan tetapi pesan itu datang dari pesan itu sendiri atau dari komunikator itu sendiri.
3. Direct feedback atau Immediate feedback : umpan balik langsung dalam suatu komunikasi, komunikan meggerakkan salah satu anggota badannya.
4.   Indirect feedback atau delaiged feedback : dalam bentuk surat kepada redaksi surat kabar, penyiar radio, dll. hal ini membutuhkan waktu.
5.  Inferential feedback : umpan balik yang diterima dalam komunikasi massa yang disimpulkan sendiri oleh komunikator meskipun secara tidak langsung tetapi cukup relevan dengan pesan yang disampaikan.
6.   Zero feedback : komunikasi yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan meskipun komunikan menyampaikan umpan balik tsb tidak dipahami oleh komunikator.
7.   Neutral feedback : informasi yang diterima kembali oleh komunikator tidak relevan denga pesan yang disampaikan semula.
8.    Positive feedback : pesan yang disampaikan komunikator kepada komunikan mendapat tanggapan positif.
9. Negative feedback : komunikasi yang disimpulkan oleh komunikator mendapat tantangan dari komunikan. 

Sumber